Thursday, February 8, 2007

KETIKA SANG KHALIFAH ITU TELAH PERGI…

by aulia agus iswar
Seorang insan terbaik pernah terlahir ke dunia ini. Pada usianya yang ke-40 tahun, ia bersama dengan para shahabatnya berjuang secara total untuk membangun pondasi sebuah peradaban; hingga hampir 23 tahun lamanya. Telah sempurnalah apa yang ia bawa kepada umat manusia. Telah cukuplah dua harta (Al Quran dan as Sunnah) itu terwariskan. Telah selesailah pembangunan pondasi sebuah peradaban itu. “Hari ini, telah Kusempurnakan untukmu agamamu dan telah Kucukupkan untukmu nikmatKu. Dan telah Kuridhai Islam menjadi agama bagimu.”(QS Al Maidah : 3) Usianya beranjak ke-63 tahun saat itu. Hingga tibalah masanya, ketika ia menghembuskan nafasnya yang terakhir; tepat pada hari Senin 12 Rabi’ul Awwal 11 H. Menangislah para shahabatnya. Sendu. Dunia pun seolah-olah merasakan kesedihannya…
Insan itu, Rasulullah SAW, telah meninggalkan umatnya; meninggalkan dunia ini.. Meskipun ia belum sempat menyaksikan hasil perjuangannya sekarang ini. Namun, ia akan tetap diingat sampai menjelang Hari Akhir (the Last Day) nanti. Setiap hari umatnya menyebut-nyebut namanya, mendoakannya, memujinya, membacakan shalawat untuknya, mengharap syafa’atnya… Bergelora. Para pewarisnya pun akan senantiasa menyalakan bara perjuangannya di dada-dada mereka. Rindu. Umat senantiasa merindukan kehadirannya; berharap dapat berdampingan dengannya di surga nanti… Namun sadarilah, Rasulullah tidak pernah meninggalkan kita. Ia senantiasa hadir di setiap lorong peradaban. Ia menyapa umatnya dan memberikan ruh penyemangat perjuangan, meskipun beliau ada di “alam sana”
Kurang dari satu abad setelah wafatnya, manuver untuk memperjuangkan Al Islam terus digencarkan. Islam memasuki masa-masa ekspansinya. Suatu wilayah menjadi target umat Islam : Semenanjung Iberia (Andalusy; sekarang mencakup Spanyol, Portugis, Perancis). Saat itu Islam berada di bawah naungan kekhilafahan Banu Umayyah. Umat Islam ingin menda’wahkan Islam ke Andalusy, melanjutkan pendaratan umat Islam pada masa Khalifah Utsman ibnu Affan sebelumnya. Lalu, diutuslah Thariq ibnu Ziyad untuk mengomandoi pasukan Islam ke daratan Eropa itu. Menjelang saat-saat berjumpa dengan pasukan Kristen Andalusy, Thariq tertidur dan bermimpi. Dalam mimpinya itu, ia melihat Rasulullah beserta orang-orang Muhajirin dan Anshar dengan membawa pedang-pedang. Ia mendengar Rasulullah berkata : “Janganlah gentar, wahai Thariq! Sempurnakan apa yang ditakdirkan bagimu untuk melakukannya.” Ia melihat Rasulullah serta shahabat memasuki Andalusy. Setelah terbangun, ia memberitahukan tentang mimpinya kepada para tentara muslim. Ia menjadi lebih yakin dan kuat terhadap firasat akan datangnya kemenangan. Benar, tahun itu 711 M, 12.000 tentara Islam pimpinannya memenangkan pertempuran melawan Roderrick beserta 100.000 tentara Kristen Andalusy. Takluklah Andalusy; masuklah Islam ke belahan barat Eropa…
Kita lihat saat-saat pasca Perang Salib yang pertama. Umat Islam pada saat itu benar-benar terpuruk dari sisi ukhrawinya (meskipun tidak demikian dengan keduniaannya). Umat sibuk dengan urusan internal; perselisihan dan perpecahan. Sultan Shalahudin al Ayyubi tampil dan mempelopori Peringatan Maulid Nabi dengan diadakannya kompetisi penulisan sirah Rasul dalam bentuk sastra, tepat pada tahun 1185 M. Dan menanglah Barzanji dalam kompetisi itu. Peringatan Maulid Nabi ini mampu mengingatkan umat Islam akan sosok seorang Rasulullah; membangkitkan ruh umat Islam kembali, mempersatukan mereka dan menggelorakan semangat jihad yang sebelumnya secara umum telah pudar dan luntur. Dan berhasillah al Ayyubi “menghadirkan” Rasulullah ke tengah-tengah umat Islam pada saat itu. Tiga tahun setelahnya, tepatnya 2 Oktober 1187, Yerusalem (Palestina) berhasil direbut kembali (bertepatan dengan 27 Rajab). Bagaimana dengan yang sekarang?
Kemudian kita juga saksikan Sultan Muhammad al Fatih ketika bersama-sama pasukannya sedang berjuang untuk menaklukkan Konstantinopel. Ia senantiasa menyemangati pasukannya di depan mereka. Ia selalu mengobarkan semangat dan menjelaskan bahwa dengan terbukanya kota Konstantinopel, berarti mereka akan mendapat kemuliaan Allah serta pahala yang berlimpah. Rasulullah bersabda : “Konstantinopel akan ditaklukkan di tangan seorang laki-laki. Maka sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya dan sebaik-baik tentara adalah tentaranya.”(HR Ahmad). Al Fatih berkata : “Jika penaklukan ini sukses, maka sabda Rasulullah telah menjadi kenyataan dan kita akan mendapatkan kemuliaan dan penghargaan.” Bersemangat dan bergeloralah pasukan Islam itu. Dan takluklah Konstantinopel; takluklah belahan timur Eropa. Dengan demikian, berhasillah Al Fatih “menghadirkan” Rasulullah di tengah-tengah tentaranya…
Itulah, Rasulullah akan senantiasa hadir di tengah-tengah kita. Tapi, bagaimana seandainya Rasulullah sekarang benar-benar hadir di hadapan kita semua? Menyaksikan kondisi umatnya, kita semua, seperti sekarang ini. Menyaksikan Al Aqsha yang ternodai oleh kezhaliman dan kebathilan. Menyaksikan betapa umatnya telah menjauhi apa yang beliau wariskan untuk mereka, yaitu Al Islam. Apa yang akan terjadi? Tersenyum bahagiakah beliau? Atau malah menangis sedih? Kita tidak tahu. Tapi yang pasti, beliau akan menyemangati kita bahwa perjuangan sama sekali belum berhenti. Beliau akan mengingatkan dan mengulangi janjinya bahwa Romawi juga akan terbebaskan untuk kita! Suatu saat nanti… Maka, persiapkanlah! Inna Allaha Ma’ana..

No comments: